Tikus sawah (Rattus argentiventer) merupakan hama utama tanaman padi dengan dampak kerusakan yang dapat terjadi mulai dari fase persemaian, fase generative hingga fase penyimpanan di gudang, dengan kerusakan kuantitatif yaitu penurunan produksi akibat dikonsumsi tikus hingga kerusakan kualitatif yaitu adanya kontaminasi kotoran maupun mikroorganisme lainnya yang terbawa oleh tikus. Rata-rata tingkat kerusakan tanaman padi akibat serangan hama tikus ini mencapai 20-50% per tahun. Pengendalian hama ini relatif lebih sulit karena sifat biologis dan ekologinya yaitu tubuhnya yang fleksibel, mudah beradaptasi, berkembangbiak dengan sifat prolifik yaitu beranak lebih dari 5 ekor dalam kurun waktu terbilang singkat yaitu 21-24 hari, serta memiliki tempat persembunyian yang sulit dijangkau manusia. Strategi yang dapat dilakukan dalam pengendalian hama tikus sawah perlu dilakukan pada awal musim tanam secara intensif dan berkelanjutan sebelum tikus berkembangbiak. Fase generatif yaitu pada masa tanaman padi bunting merupakan fase awal pemicu perkembangbiakan tikus. Saat padi bunting, tikus akan memakan dan merusak titik tumbuh atau memotong pangkal batang serta memakan bulir gabah bahkan terkadang rumpun padi bisa habis dikonsumsi. Pada fase padi bunting, tanaman padi mengeluarkan aroma tertentu dan bulir padi belum mengalami proses pengerasan fisik pada bagian kulit sehingga lebih mudah untuk dikonsumsi, selain itu kandungan karbohidrat yang ada pada padi dimasa transisi dari substansi cairan ke bentuk padat, cenderung lebih disukai oleh tikus.
Kegiatan pengendalian hama tikus di kampung Rama Dewa menggunakan metode sederhana yaitu Gropyokan.
Gropyokan merupakan salah satu teknik pengendalian hama tikus di areal persawahan dengan memburunya secara langsung, melalui pembongkaran lubang-lubang aktif yang dicurigai sebagai sarang tikus. Kegiatan gropyokan tikus selain memiliki tujuan utama dalam membasmi hama tikus juga dapat menumbuhkan sikap gotong royong antar para petani. Pelaksanaan kegiatan gropyokan oleh para petani dilakukan dengan menggunakan alat-alat yang sederhana seperti kompor tikus, kayu, cangkul, gas, ember, dan lainnya tanpa menggunakan senyawa kimia seperti pestisida.


Gropyokan di kampung Rama Dewa dilaksanakan pada kamis, 09 Februari 2023 pukul 08:00 WIB dengan melibatkan masyarakat(petani)sejumlah 211 orang. Pelaksanaan dilakukan secara bertahap dari satu dusun ke dusun yang lain karena melihat situasi dan kondisi. Para petani dibagi perkelompok dan didampingi oleh kepala dusun masing-masing (1, 2, 3 dan 4) dan Bhabinkamtibmas kampung Rama Dewa langsung menuju TKP (areal persawahan) dibekali perlengkapan yang telah disiapkan. Pada saat giat gropyokan berlangsung kepala kampung Rama Dewa Dewa BGS Gede Yama mendampingi camat Seputih Raman I Made Suryana, S.IP beserta rombongan yang turut meninjau ke areal persawahan.


Dari pelaksanaan gropyokan tersebut didapatkan hasil sebagai berikut:

Kepala kampung Rama Dewa Dewa BGS Gede Yama berharap dengan dilaksanakannya gropyokan ini produktivitas tanaman padi dapat meningkat serta menghindarkan para petani dan masyarakat sekitar persawahan dikampung Rama Dewa tertular penyakit yang dibawa tikus, serta tercermin kearifan budaya lokal tradisional yang murah, mudah, sederhana, ramah lingkungan dan mempererat silaturahmi antar para petani.
Writernim: SPYF